Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

10 Mitos dan Kesalahpahaman Tentang Olahraga Lari

Mitos & Kesalahpahaman

mitos mitos olahraga mitos kesehatan kesalahpahaman pemahaman salah paham lari jarak pendek disebut juga lari jarak pendek lari jarak menengah adalah lari yang menempuh jarak lari cepat atau lari jarak pendek biasanya menempuh jarak pemahaman konsep pemahaman konsep adalah kata salah paham tingkat pemahaman pemahaman konseptual kemampuan pemahaman konsep kata kata tentang salah paham pengertian pemahaman konsep menurut para ahli konsep konsep matematika olahraga lari perbedaan antara jalan dengan lari terletak pada atletik jelaskan perbedaan antara jalan dan lari latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari yaitu berikut ini adalah gerakan lari jarak pendek kecuali lari jarak menengah pelari dengan jarak 100 m sering dinamakan lari bolak balik sering disebut lari perbedaan jalan dan lari lari adalah lari jarak jauh perbedaan antara jalan dan lari adalah berlari lari sprint



Ada banyak hal tentang hidup ini yang tidak kita ketahui. Dengan beragamnya informasi, kita mungkin keliru memahami sesuatu dan meyakini hal yang sebenarnya salah.

Begitu juga dengan olahraga sejuta umat yaitu lari. Olahraga yang terkenal karena kesederhanaan dan kemudahannya ini, ternyata memiliki beberapa mitos dan kesalahpahaman tersendiri.

Berikut 10 mitos dan kesalahpahaman tentang olahraga lari yang wajib kamu ketahui sebagai pelari pemula.



Mitos 1 - Intensitas Lari Harus Selalu Tinggi

Kesalahpahaman yang pertama adalah tentang intensitas dari olahraga lari itu sendiri. 

Banyak orang meyakini bahwa lari itu harus selalu sat set sat set alias cepat.

Faktanya, berlari dengan pace (kecepatan lari) yang lebih cepat, jarak lebih jauh, dan lari lebih sering bukan berarti yang terbaik untukmu. 

Sikap untuk selalu "lebih" ini akan membuatmu rentan cedera dan burnout dengan lari.

Berlarilah sesuai kemampuanmu, naikan intensitas secara bertahap, dan berikan istirahat pada tubuh. 

Segala yang berlebihan itu tidak baik, termasuk juga dengan lari.



Mitos 2 - Lari Bikin Lutut Sakit

Berlari justru memperkuat sendi dan otot di sekitar lutut sehingga mencegah terjadinya cedera. 

Sedangkan rasa sakit itu biasanya karena ada kesalahan dari postur tubuh saat lari, kondisi sepatu, atau ketidakseimbangan kekuatan otot tubuh.

Selain itu, meningkatkan jarak dan kecepatan lari secara sembarangan juga bisa memicu terjadinya cedera pada lutut. 

Jika kamu pemula, sangat disarankan untuk memulai semuanya secara perlahan dan bertahap.



Mitos 3 - Orang Gendut Tidak Boleh Lari

Kesalahpahaman selanjutnya adalah tentang kondisi fisik dari pelari itu sendiri. Katanya orang yang kegendutan tidak cocok untuk berlari. Apa iya? 

Faktanya selama dilakukan dengan panduan dan arahan yang jelas, siapapun bisa menjadi pelari. 

Yang penting pake sepatu, keluar rumah, dan lari. Kenapa kita senang bikin ribet hal yang sebenarnya simple?

Yang pertama kali harus dibangun bukan pace, bukan jarak, atau bentuk tubuhmu. 

Yang harus dibangun pertama kali adalah habit atau kebiasaan. 

Karena kalau sudah terbiasa lari, pace, jarak, dan kondisi fisikmu pun akan ikut meningkat.



Mitos 4 - Slow Run Itu Bukan Lari

Slow run justru merupakan bagian terpenting dari perjalanan seseorang menjadi pelari. Ini adalah kesalahpahaman umum tentang olahraga lari.

Slow run berguna membangun endurance / stamina yang kamu gunakan untuk lari 10k, HM, dan FM. 

Apa iya setiap kali lari pace kita harus selalu di bawah 5? Kan mustahil.

Hal yang paling bagus adalah memberikan variasi pada rutinitas larimu. 

Misalnya hari ini slow run, besok fartlek, lusa long run dengan slow pace, besoknya lagi interval, dst.



Mitos 5 - Harus Lari Setiap Hari

Kesalahpahaman selanjutnya adalah tentang jumlah lari setiap minggunya. 

Katanya kalau mau punya pace dan yang bagus dan berhasil menurunkan berat badan, kita harus lari setiap hari.

Tidak ada manfaatnya kalau memaksakan diri untuk lari setiap hari. Faktanya, performa lari baru akan menurun jika tidak lari 1-2 minggu.

Tubuh butuh istirahat setidaknya 1-2 hari setiap minggunya. Ini agar setiap serat otot yang rusak ketika lari bisa diperbaiki dan diperkuat lagi. 

Selain itu, beristirahat memberikan waktu bagi tubuhmu untuk menyusun ulang komposisi otot dan memperkuat massa otot yang ada. 

Intinya, saat sedang istirahat itulah tubuhmu dibentuk ulang jadi lebih baik.



Mitos 6 - Lari Saja Sudah Cukup

Banyak pelari yang memiliki kesalahpahaman kalau lari saja sudah cukup dan tidak perlu olahraga lain.

Jika kamu tipe pelari yang berlari memang hanya untuk fun dan mendapatkan manfaat kesehatan, mungkin ini memang benar.

Namun, ketika kamu ingin mengikuti sebuah event lomba lari, kamu tidak bisa hanya sekedar lari saja.

Faktanya, kamu perlu program latihan yang jelas ketika ingin mengikuti sebuah event. 

Dan di dalam program latihan itu, ada berbagai macam olahraga lain selain lari yang perlu kamu lakukan.



Mitos 7 - Lari Minimal Harus 1 Jam

Faktanya lari yang ditujukan untuk mendapatkan manfaat kesehatan dan rekreasi tidak perlu sampai lebih dari 30 menit.

Kecuali kalau kamu memang ingin lari untuk jarak yang jauh seperti marathon atau full marathon, dimana latihan biasanya memakan waktu minimal 2 jam.



Mitos 8 - Lari Bisa Menyusutkan Otot

Banyak yang bilang orang kurus tidak cocok untuk lari karena bisa membuat tubuh semakin kurus. 

Oleh karena itu untuk mendapatkan berat badan ideal, disarankan untuk hanya berolahraga dengan latihan beban saja.

Dalam beberapa aspek, ini benar. 

Namun untuk latihan beban dengan baik, kamu perlu memiliki stamina yang baik pula. Dan latihan terbaik untuk melatih stamina adalah dengan berlari.

Bagi orang yang kurus, akan lebih baik jika mereka memadukan latihan beban dengan berlari, sehingga massa otot dan stamina bisa sama-sama meningkat.

Kesalahpahaman saat memulai olahraga adalah ketika kita menghilangkan satu jenis olahraga tertentu, demi olahraga yang lain. 

Padahal, memberikan variasi pada jenis olahraga yang dilakukan adalah cara terbaik mendapatkan semua manfaat dari olahraga tersebut.



Mitos 9 - Lari di Aspal Bikin Cedera

Lari di aspal memang memiliki resiko cedera, namun begitu pula jika kamu lari di permukaan tanah, pasir, atau jenis permukaan lainnya. 

Faktanya, semua permukaan sama-sama beresiko menimbulkan cedera pada tubuh.

Ini karena penyebab utama terjadinya cedera adalah adanya ketidakseimbangan kekuatan pada otot saat meredam impak dari kaki, dan juga intensitas lari yang ditingkatkan secara sembarangan. 

Inilah kesalahpahaman saat olahraga yang sering terjadi.

Oleh karena itu, tidak penting dimana kamu berlari. 

Selama kamu rutin latihan kekuatan otot dan juga meningkatkan intensitas lari secara bertahap, maka resiko terjadinya cedera bisa diminimalisir.



Mitos 10 - Lari Saja Cukup Untuk Menurunkan Berat Badan

Untuk sukses menurunkan berat badan, dikatakan bahwa olahraga hanya memegang peranan sebanyak 20%. 

Sisa 80%nya adalah dengan mengatur pola makan dan apa yang kamu makan.

Kesalahpahaman yang sering terjadi adalah ketika kita sudah rutin olahraga, kita merasa tidak apa-apa untuk makan sembarangan. "Ah nanti juga bisa bakar kalori dengan olahraga".

Padahal, olahraga hanya berfungsi menaikkan sistem metabolisme tubuh dalam membakar kalori berlebih, dan itupun ada batasnya. 

Jika kita makan sembarangan dan jumlah kalori yang masuk jauh diatas yang bisa tubuh kita bakar, maka akan terjadi surplus kalori dimana kalori berlebih tersebut kemudian disimpan sebagai lemak.


mitos mitos olahraga mitos kesehatan kesalahpahaman pemahaman salah paham lari jarak pendek disebut juga lari jarak pendek lari jarak menengah adalah lari yang menempuh jarak lari cepat atau lari jarak pendek biasanya menempuh jarak pemahaman konsep pemahaman konsep adalah kata salah paham tingkat pemahaman pemahaman konseptual kemampuan pemahaman konsep kata kata tentang salah paham pengertian pemahaman konsep menurut para ahli konsep konsep matematika olahraga lari perbedaan antara jalan dengan lari terletak pada atletik jelaskan perbedaan antara jalan dan lari latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari yaitu berikut ini adalah gerakan lari jarak pendek kecuali lari jarak menengah pelari dengan jarak 100 m sering dinamakan lari bolak balik sering disebut lari perbedaan jalan dan lari lari adalah lari jarak jauh perbedaan antara jalan dan lari adalah berlari lari sprint



Kesimpulan

Olahraga lari memang memberikan manfaat kesehatan baik secara fisik maupun juga secara mental.

Kesalahpahaman dan mitos tentang olahraga lari yang selama ini berkembang biasanya memiliki efek yang buruk terhadap tubuh, seperti dari cedera, kelebihan berat badan, kehilangan motivasi, dsb.

Sangat penting untuk mendapatkan informasi dan pemahaman yang benar tentang olahraga lari. Ini agar kita bisa mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimal dari segala jerih payah kita saat berlari.



Artikel Lainnya Yang Setopik

5 Kesalahan Pelari Saat Mulai Rutin Berlari | Kesalahan pelari pemula.

11 Kesalahan Setelah Lari Yang Sering Dilakukan Oleh Pelari | 11 Kesalahan setelah lari.


sumber : Running Myth by coachdebbieruns


Demikian pembahasan untuk mitos dan kesalahpahaman olahraga lari kali ini. Jika kamu punya pertanyaan atau punya topik yang ingin dibahas, silahkan komen dibawah ya!

Jika kamu sedang mencari berbagai perlengkapan lari original seperti sepatu, pakaian, atau fitness gear lainnya, kamu bisa cek rekomendasi kami di shopee

Follow juga Instagram kita di @runners.case untuk mendapatkan tips lari harian dan serba-serbi olahraga lari langsung di timelinemu!

2 komentar untuk "10 Mitos dan Kesalahpahaman Tentang Olahraga Lari"

  1. Apakah olahraga joging / lari bisa meninggikan tinggi badan, dan olahraga apa saja untuk meninggikan tinggi badan, dan apakah umur 18 tahun masih bisa tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa, dengan memperbanyak sprint.

      Olahraga menambah tinggi badan: Skipping dan Pull aup.

      18 tahun masih bisa nambah tinggi badan.

      Hapus
beli alat olahraga
cara tambah tinggi badan